Sabtu, 01 September 2012

Standard Operating Procedure (SOP) Keberatan dan Banding


Pelayanan Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan

1. Deskripsi : merupakan pelayanan penyelesaian keberatan Wajib Pajak atas suatu Surat Pemberitahuan Pajak  Terutang  (SPPT)  atau  Surat  Ketetapan  Pajak  (SKP)  Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi wewenang Kantor Wilayah dan Kantor Pusat DJP.
2.   Pihak yang Dilayani/Stakeholder: Wajib Pajak.
3.   Janji Layanan:
      a.  Jangka waktu penyelesaian 9 (sembilan) bulan sejak surat permohonan diterima.
      b.  Tidak ada biaya atas jasa pelayanan.
      c.  Persyaratan administrasi:
Untuk  pengajuan  keberatan  atas  SPPT/SKP  secara  perseorangan/individu, meliputi:
a.       1 (satu) surat Keberatan untuk 1 (satu) SPPT atau SKP PBB
b.      diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c.       diajukan  kepada  Direktur  Jenderal  Pajak  dan  disampaikan  ke  KPP Pratama;
d.      dilampiri asli SPPT atau SKP PBB yang diajukan Keberatan;
e.       dikemukakan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dngan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya;
f.       diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa  jangka  waktu  itu  tidak  dapat  dipenuhi  karena keadaan di luar kekuasaannya; dan
g.      surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak:
-          harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB yang terutang lebih banyak dari Rp2.000.000,00 (duajuta rupiah);
-          harus dilampiri dengan Surat Kuasa, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB yang terutang paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Untuk pengajuan keberatan atas SPPT secara kolektif, meliputi:
a.       satu pengajuan untuk beberapa SPPT Tahun Pajak yang sama;
b.      diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
c.       PBB yang terutang untuk setiap SPPT paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah);
d.      diajukan   kepada   Direktur   Jenderal   Pajak   dan   disampaikan   ke   KPP Pratama;
e.       diajukan melalui Kepala Desa/Lurah setempat;
f.       dilampiri asli SPPT yang diajukan Keberatan;
g.      mengemukakan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan Keberatannya; dan
h.      diajukan  dalam  jangka  waktu  3  (tiga)  bulan  sejak  tanggal  diterimanya SPPT, kecuali apabila Wajib Pajak melalui Kepala Desa/Lurah setempat dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
4.  Proses:
Kantor Wilayah DJP:
-          Awal :  KPP   menyampaikan   surat    pengantar   dan   surat   permohonan keberatan atas SPPT/SKP PBB dari Wajib Pajak yang menjadi wewenang Kantor Wilayah;
-          Akhir :  Kepala Bagian Umum Kanwil menyampaikan salinan SK Keberatan PBB kepada Wajib Pajak, Kepala KPP Pratama letak objek pajak terdaftar dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota atau instansi yang sejenis.
Kantor Pusat DJP
-          Awal : KPP   menyampaikan   surat    pengantar   dan   surat   permohonan keberatan atas SPPT/SKP PBB dari Wajib Pajak yang menjadi wewenang Kantor Pusat DJP;
-          Akhir : Kepala  Sub  Bagian  Tata  Usaha  Direktorat  Keberatan  dan  Banding menyampaikan  salinan  SK Keberatan  PBB  kepada  Wajib  Pajak, Kepala KPP Pratama letak objek pajak terdaftar dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota atau instansi yang sejenis
5.  Keluaran/Hasil Akhir (output) : Surat Keputusan Keberatan PBB
6.  Bagan Alur (flowchat) : SOP DJP

0 komentar:

Posting Komentar